Hujan datang silih berganti
Tak ada alasan
Sepertinya aku....
Rindu.
Rindu kampung halaman
544.3 km terpisahkan
10 jam 30 menit paling lama
8 jam tersingkat untuk berjumpa
Dari awal tak mengira
jarak begitu panjang memisahkan
bodoh memang tidak melihat segala sesuatunya
sepele mungkin
tetapi..
ah sudahlah
sudah tingkat menuju ahir bukan
Bila rindu mengetuk
hati,
kadang hanya tangis
yang di tahan setiap malam.
Alat komunikasi tak
mampu menepis rindu
Lantas mengapa
bergalau hati
Jika itu memang
sudah pilihan
Pilihan yang rumit
Di tanah yang terus
memaksa perubahan dan perkembangan diri
Apalagi saat sakit melanda...
Tidak mudah memang
Orang yang belum
merasakan secara langsung
Hanya berkomentar
Homesick terus
Pulang saja
Banyak kendaraan
menuju kesana
Tapi..
Dibalik mudahnya
membeli tiket untuk pulang yaitu...
Padatnya jadwal ini
Jauh dari orang tua adalah hal yang sangat menyiksa.
Ya nama lainnya
Di perantauan sungkan pulang
Di rumah
enggan balik lagi
Merantaulah kamu
Akan merasakan rindu suasana rumah.
Rindu suara, canda, dan wejangan yang selalu dinantikan
Rindu masakan rumah
Mengatur semua sendiri
Jadwal makan
Jadwal belajar
Jadwal bersih-bersih kamar
Jadwal mencuci
Menimbang waktu antara akademik dan sesuatu untuk nanti
Dan bertemu di balik orang-orang hebat terdapat
dunia hebat yang kejam
“Pergilah merantau untuk mencari kemuliaan karena dalam perjalanan
itu ada empat kegunaan; yaitu menghilangkan kesedihan, mendapatkan ilmu,
mengagungkan jiwa, dan dapat bergaul dengan orang banyak,
Orang berilmu dan beradab tidak diam
beristirahat di kampung halaman.
Tinggalkan negerimu dan hidup asing (di negeri orang), Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.” (Imam Syafi’i)
-Anak wedok yang sedang berjuang di Kota Hujan-
Tinggalkan negerimu dan hidup asing (di negeri orang), Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.” (Imam Syafi’i)
-Anak wedok yang sedang berjuang di Kota Hujan-


Komentar
Posting Komentar